08/10/2024

Berita Terkini

berita update dan terpercaya

Relevansi Antara IMAN Dan ILMU.

4 min read

Oleh : *Renaldy Eka Putra*
 Mahasiswa Hukum Tata Negara UIN Raden Intan Lampung.

*Relevansi antara iman dan ilmu. Apakah Beriman memerlukan ilmu?*

Membicarakan masalah iman dan ilmu berarti mengulang kaji sesuatu yang sudah amat sering dilakukan orang. Namun demikian, tentu saja perkara sebesar dan sepenting ini harus selalu sempat kita bicara kan tanpa bosan, mengingat dinamika persoalanya yang tidak akan habis dibahas.

*Beriman Dan Berilmu*
Kita bisa memulainya dengan mengutip Firman Ilahi sebagaimana banyak dilakukan oleh para mubalig kita, dalam Al-Qur’an dikatakan Nya, jaminan keunggulan dan superioritas, termasuk kemenangan dan kesuksesan, akan dikaruniakan Allah kepada mereka yang beriman dan berilmu. Seperti dikatakan dalam Qur’an Surat-Mujadilah ayat 11 : Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu : “berlapang-lapanglah dalam majelis”, maka lapangkanlah niscahya Allah akan memberi kelapangan untuk mu. Dan apabila dikatakan : “berdirilah kamu”, maka berdirilah, niscahya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Q.S. 58. 11).

Beriman artinya mempunyai orientasi Ketuhanan dalam hidup dengan menjadikan perkenanan Tuhan sebagai tujuan segala kegiatan. Dan Berilmu berarti mengerti ajaran secara benar dan memahami lingkungan hidup dimana dia akan berkiprah. Seperti ilmu yang dikaruniakan Allah kepada Adam sebagai bekal menjalankan tugas kekhalifahan di bumi, dan menjadi keunggulan nya atas para malaikat. Dikisahkan bahwa malaikat mempertanyakan ketika Allah hendak menjadikan Adam sebagai Khalifah di muka bumi. dalam Qur’an Surat Al-Baqarah ayat 30-34 : {30} Dan ingatlah ketika Tuhan berfirman kepada para malaikat, “aku hendak menjadikan khalifah di bumi”. Mereka berkata, “apakah engkau hendak menjadikan orang yang merusak dan menumpahkan darah disana, sedangkan kami bertasbih memuji-Mu dan menyucikan nama-Mu?” Dia berfirman, “Sungguh, Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketuhui”. {31} dan dia mengajarkan kepada adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakan nya kepada para malaikat lalu berfirman :”sebutkanlah kepada Ku nama benda-benda itu jika kamu memang makhluk-makhluk yang benar!. {32} mereka menjawab : maha suci Engkau! Tidak ada pengetahuan bagi kami, kecuali yang engkau ajarkan kepada kami. Karena sesungguhnya Engkau lah yang maha tahu, lagi maha bijaksana. {33} Berkata Dia : Wahai Adam! Beritahukanlah kepada mereka nama-nama itu semuanya! Maka tatkala telah di beritahukan nya kepada mereka nama-nama itu semua, Berfirmanlah Dia : Bukankah telah aku katakan kepada kamu, bahwa sesungguhnya aku lebih mengetahui rahasia semua langit dan bumi, dan lebih aku ketahui apa yang kamu nyatakan dan apa yang kamu sembunyikan. {34} dan (ingatlah) ketika kami berfirman kepada para malaikat, “sujud lah kalian kepada adam,” maka sujudlah mereka kecuali Iblis : ia enggan dan takabur, dan adalah dia termasuk golongan orang-orang yang kafir”. (Q.S. 2 : 30-34).

Iman saja memang cukup untuk membuat orang berkiblat kepada kebaikan, dan mempunyai “iktikad baik”. Tapi iman yang tidak dilengkapi dengan kecakapan seperti bagaimana melaksanakan semuanya itu, juga tidak menjamin kesuksesan untuk membuat cakap berbuat nyata. Namun tanpa bimbingan Iman, justru Ilmu itu akan membuatnya celaka, lebih celaka dari orang lain yang tidak berilmu. Karna itu Nabi bersabda, “barang siapa bertambah ilmunya namun tidak bertambah hidayahnya, maka ia tidak bertambah apa-apa kecuali semakin jauh saja dari Allah”.

*Beriman Memerlukan Ilmu*
Seperti yang dikatakan dalam (Q.S. 58 : 11), yang menegaskan bahwa janji keunggulan, superioritas, dan supremasi diberikan Allah kepada mereka yang Beriman dan Berilmu sekaligus. Iman akan mendorong kita untuk berbuat baik guna mendapatkan Ridho Allah, dan Ilmu akan melengkapi kita dengan kemampuan menemukan cara yang paling efektif dan tepat dalam melaksanakan dorongan untuk berbuat baik itu. Dengan kata lain, Iman mendidik kita untuk mempunyai komitmen kepada nilai-nilai luhur, dan ilmu memberi kita kecakapan teknis guna merealisasikan nya. Ringkasnya, Iman dan Ilmu secara bersama akan membuat kita menjadi orang baik dan sekaligus tau cara yang tepat untuk mewujudkan kebaikan itu sendiri. Maka dapat dimengerti mengapa Iman dan Ilmu merupakan jaminan keunggulan dan superioritas.

Memang, secara hirarki nilai, masih tetap bisa dikenali bahwa Iman adalah Primer, yang utama, dan Ilmu adalah sekunder, pelengkap. Ini bisa dilukiskan : “lebih baik orang yang jujur meskipun bodoh daripada seorang jahat berilmu”. Atau, “lebih baik seorang bodoh tapi jujur daripada seorang pandai tapi jahat”. Sebab kepandaian di tangan orang jahat akan menunjang kejahatan nya itu sehingga berlipat ganda dan semakin merusak, seperti terbukti kejahatan kaum Nazi Jerman. Tetapi, jika masalahnya ialah keberhasilan usaha kebaikan yang maksimal, maka sesungguhnya Iman dan Ilmu itu tidak dapat dipisahkan ibarat 2 sisi mata koin. Misalnya, Seringkali Kekalahan orang atau kelompok yang baik, bukan karena faktor Iman saja orang atau kelompok yang baik kalah, tetapi karena faktor Ilmu nya yang kurang. Salah satu wujud nyata peran Ilmu ialah, misalnya, kemampuan berorganisasi dan menyusun kiprah. Karena itu terkenal sekali pepatah Arab yang patut kita pajami, yang mengatakan “kejahatan yang terorganisir akan mengalahkan kebaikan yang tidak terorganisir” dengan dilandasi Iman dan dipandu Ilmu kita bersemboyan “kebaikan yang terorganisir akan mengalahkan kejahatan walaupun terorganisir”. Sesuatu hal yang amat logis dan masuk akal. (*)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *